Sudah dua hari ini berada didepan laptop ngerjain tugas-tugas kuliah tapi tetap aja belum ada satu tugaspun yang selesai, akhirnya bakda isya saya putuskan untuk melihat pertunjukan pembukaan wadah seni rumah produksi yang ada di kampus tercinta Kalau tidak salah namanya “SapuLidi art production”, sembari meninggalkan tugas-tugas kuliah yang membingungkan ini, karena meskipun saya kerjain malam ini palingan juga tidak bakalan selesai.
Sesampainya
disana ternyata acaranya udah mulai dan saya udah ketinggalan beberapa
pertunjukan seperti membaca puisi yang dibacakan oleh teman satu angkatan saya
tapi yaudahlah gak papa kan masih banyak juga yang belum.
Pertunjukan
berikutnya adalah Hip-hop yang ditampilkan oleh sepasang kakak tingkat entahlah
siapa namanya, tetapi lirik yang disampaikan itu menurut saya mengandung makna
yang sangat dalam meskipun tak sedalam sumur yang ada di sekolah saya dulu. #hehehe soalnya lirik lagu itu dipersembahkan untuk
seorang gadis yang katanya terkena tumor dan akhirnya si gadis itu meninggal
dan menitipkan harapan yang besar. Penampilan mereka keren tetapi sepertinya
komunitas hip-hop yang ada dikampus ini tidak bergabung dengan UKM sehingga
tidak banyak mahasiswa yang mengetahui dan mensuport keberadaan mereka.
Setelah kakak
tingkat yang tampil ada lagi jurusan baru yang ada di fakultas saya yang tampil
yaitu jurusan Etnomusikologi dan kebetulan mereka semua satu angkatan dengan
saya, yang namanya jurusan baru ya pastinya mahasiswanya tidak banyak, hanya 10
orang mahasiswa saja tetapi penampilan mereka sangat menarik dan mencerminkan
musik budaya kalimantan timur,,, dan masih banyak lagilah pokoknya pertunjukan
yang lain-lainnya saking banyaknya saya sampai lupa.
Tetapi menurut saya
yang paling berkesan ya pertunjukan terakhir dimalam ini, yaitu pertunjukan
musik dangdut dan pop yang diarasement menjadi musik jazz. Kayanya pertunjukan
mereka kembali membangkitkan impian dan harapan saya menjadi seorang musisi, #hehehe
tetapi sepertinya itu mustahil
dan tidak mungkin menjadi nyata, semakin besar keyakinan saya untuk bisa,
semakin besar pula rasa malas yang ada dalam diri ini bergejolak.
Saya
merasa bukan siapa-siapa disana dan itu merupakan suatu tamparan keras yang
diberikan oleh kehidupan ini yaitu jika tidak jadi pahlawan maka kita akan
menjadi pecundang yang tidak akan dikenal apalagi di anggap di lingkungan yang
wangi sekalipun.
Ingin
rasanya saya menjadi sepertinya mereka tetapi entahlah itu bisa atau tidak,
bukan karena tak mau belajar musik atau harus mulai dari mana tetapi belajar
gitar akustik aja nggak bisa-bisa apalagi memainkan alat musik lain yang lebih
keren. #hehehe ya sudahlah namanya juga bermimpi apa sih
salahnya.
Banyak
diantara teman-teman kuliah saya yang memiliki bakat yang sangat keren-keren,
itu pastinya menjadi hobby mereka dan saya benar-benar merasa bukan apa-apa dan
siapa-siapa ketika beberapa dari mereka berbicara tentang kelebihan mereka satu
persatu, mungkin karena saya tidak memiliki kelebihan sedikitpun sehingga
sering dianggap remeh, tetapi saya cuek saja karena sudah terlalu sering
dianggap remeh oleh orang lain dan saya yakini suatu saat nanti saya akan
bereda satu level lebih tinggi dari mereka semua yang pernah menjatuhkan saya,
dan itu merupakan cambuk penyemangat buat saya agar saya tidak malas dalam
belajar hal apapun meskipun rasa malas itu terkadang berada sangat lama dalam
tubuh ini.
Sebenarnya
menurut saya, saya ini hanya memiliki satu kekurangan, yaitu tidak memiliki
kelebihan, dan kelebihan saya itu satu banyak kekurangan... Tapi yaudahlah
mungkin hal ini yang membuat saya terkadang menjadi seorang insan yang
induvidualis karena celoteh mereka yang ada di angkasa dan saya percaya setiap
yang melambung akan kembali jatuh juga. Meskipun saya sendiri merasa tidak
pernah bisa menghargai orang lain tetapi saya terus berusaha untuk belajar
tidak meremehkan orang lain. Karena harga diri seseorang itu untuk dihargai
bukan untuk dikasih harga, begitu pula sama halnya dengan seni budaya negeri
ini yang mulai terkikis dengan gemerlap dunia modernisasi yang serba instan
yang dimana uang menjadi Tuhan dan Tuhan bahkan diuangkan.
Ingat
ini bukan mengeluh tetapi hanya berbagi cerita saja dengan kalian para pembaca,
semoga saja hidup kalian lebih berwarna meskipun hitam ya yang penting tetap
berwarna.
The End