Daftar Blog Saya

Jumat, 19 Agustus 2016

Keberangkatan Beliau



 Keheningan desa ini terpecah dengan deru mesin-mesin mobil militer yang melintas dan terparkir memenuhi jalan desa serta halaman rumah yang tak begitu luas milik tetangga, karangan bunga pun tesusun rapi pada pelataran rumah no.32 itu. Terlihat sebuah nama salah seorang anggota militer yang terpampang di kaca depan rumah, ternyata beliau telah tiada. 

            Seragam  dengan pangkat, sepatu mengilap, foto keluarga dan sepucuk senjata api tergeletak begitu saja di sana, terlihat seorang istri dengan tiga orang anak meratap sendu memandang sosok ayah terbujur kaku pada ruang keluarga. barisan orang bertubuh tegap dengan seragam pun memenuhi pelataran rumah itu bersiap menghantarkan keberangkatan beliau.

           Semua yang datang  tak bisa redakan gundah bagi keluarga ini, terdengar lantunan syair Tuhan yang keluar dari lisan seorang pengemuka agama pada rumah ibadah di persimpangan jalan yang terdengar menusuk kedalam gendang telinga, di sudut sana banyak orang merasa kehilangan di sudut lainnya bertanya sebab apa terjadi ajal.

         Terlihat sorot mata tajam dari kejauhan yang membuatku temenung dalam lamunan, terhanyut dalam ingatan hingga membuatku tersungkur dalam hayalan. Merdu kicauan burung membangunkanku dari ketidak sadaran.

           Suara tangis terdengar dari balik mobil, seorang ibu yang lama meratapi sosok tubuh suaminya. Mata para tetangga menjadi saksi atas ratapan kesedihan keluarga anggota militer yang dahulunya pastilah gagah, tegap dan perkasa namun saat ini telah terkulai tanpa daya. Ribuan jerit di depan mataku buyarkan mimpi sementara anak-anak beliau.

           Alunan nama Tuhan sesekali terdengar dari lisan-lisan pelayat, sebaskom bunga dengan beras kuning bertaburan turut melengkapi ratapan mereka, kesedihan itu mengiringi mereka lalu pergi tanpa ragu sebagai lambang duka untuk para pengabdi. 

 Tepat beberapa hari sebelum kemerdekaan RI ke-71, Tugasmu telah berakhir Pak..!!!

Selasa, 09 Agustus 2016

Sudut Berlakang Rumah



Sedari tadi aku habiskan waktuku untuk mengamati dari kejauhan tingkah laku ayam-ayam milik bapak. Tak ada yang istimewa dari tingkah laku ayam itu, sama seperti ayam-ayam milik tetangga lainnya. Entah hal apa yang membuatku betah berlama-lama memandangi ayam-ayam ini. Ku rasa aku mulai mencintainya. 
Hampir sebulan aku pergi kesana-kemari mencari pekerjaan namun belum menemukan yang cocok. Bukan aku bermaksud pilih-pilih pekerjaan namun aku harus pastikan aku menguasai jenis pekerjaan itu, mungkin ini yang membuat aku hingga saat ini masih menganggur dan berdiam diri di rumah.
Aku pun mulai masa bodoh akan hal ini, lebih baik aku lihat sekali lagi tingkah laku keseharian ayam-ayam bapak, ayam-ayam ini hanya punya paruh yang tak tajam dan kaki dengan ceker yang tak kokoh apalagi sayap lebar untuk terbang melayang seperti elang namun mereka bisa terus hidup lalu kembali kekandang pada sore hari dengan keadaan kenyang untuk tidur malam yang nyenyak.
Bapak tak pulang hari ini, pekerjaannya menjadi buruh tambang mengharuskannya meninggalkan mentari keluarga hari ini, entah hanya hari ini sampai lusa atau minggu depan yang jelas bapak akan pulang membawa uang hasil panasnya terik tambang yang katanya ada tambahan tunjangan untuk hari raya kali ini. Tentu tanpa gentar beliau menantang peluhnya untuk terus keluar demi penghasilan yang lebih besar.
Beberapa minggu telah berlalu namun tak ada satupun pekerjaan yang aku dapatkan untuk membantu menghidupkan nyalanya api dapur. Sudut belakang rumah seperti menjadi tempat favorit mamak, dimana sedari tadi aku mengamati orang yang paling aku sayangi ini sedang sibuk melakukan sesuatu hal yang berarti. Tanpa henti tangannya melakukan hal-hal yang membuatku terkesan, jemari mungilnya telah memberikan kesempatan hidup bagi benih-benih tanaman kebun yang sejak dua minggu lalu telah ditabur, ini masa transisi dimana biji berubah menjadi sebuah tanaman yang kelak akan menopang perut-perut lapar ini.
Aku mengambil seember air lalu aku siramkan pada benih-benih milik mamak yang baru dua minggu tumbuh itu. Ku ambil segepok polibag di gudang kucoba gemburkan tanah dengan sedikit campuran pupuk kandang kotoran ayam milik bapak, akupun melihat hakikat ilmu hidup dalam menghijaukan sudut belang rumah.
Mungkin sekilas seperti ini cara ayam mengenyangkan perutnya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.