Daftar Blog Saya

Jumat, 20 Mei 2016

Gagang Cangkul




Kalian cumbui aku dengan paksa
Kalian goreskan garpu besi di wajah dan leherku
Kalian koyak-koyak selangkanganku
Sampai gagang cangkul pun kalian tancapkan dengan kaki dalam goa dengan paksa hingga merobek hati dan menembus paru-paruku

Ahhhh…. ammmmpunnn
Tangisan kesakitan dan rontaku tak kalian hiraukan
Mataku melotot nyaris keluar menahan perih
Hingga nafas tak tertahan lagi dan akhirnya keluar dari kerongkongan leherku

Maafkan aku ibu tak mampu lagi membantu menopang keperluan adik
Kini jiwaku telah tenang dalam gentayangan jiwa-jiwa resah mereka
Dua hari ku terkapar menjadi bangkai dalam kamar dengan simbahan darahku di kemaluan
Jangan sesali kepergianku bu
Mereka aku yang undang datang, namun kini aku telah pergi sendiri
Sesal dalam diriku pasti tak terelakkan bu
Mereka pasti tak akan pernah tenang

Saat ini aku hanya dapat memandangmu dari kejauhan bu dengan kesedihanmu yang sangat mendalam meratapi berita di televisi dan koran tentang nasip diriku

Tak usah risau memikirkan hukuman yang setimpal pada mereka, aku pun tak akan pernah kembali
Doamu bu yang terus memeluk ku di sini
Beritahu adik dan bapak bu jangan ada dendam di hati mereka

Aku sayang pada kalian semua, biar Tuhan yang membalas mereka dan percayakan semua pada penegak hukum yang hidup nuraninya


                                                                                                                           
                                                                                                                             (Bunga Karbitan)

Jumat, 22 April 2016

Jalan yang Panjang



Aku kembali melangkahkan kakiku menyusuri dunia yang gelap, kau selalu menganggap hidupku tak ada arti, semua orang menghinaku, merendahkanku, menyudutkanku. Seolah lagu termerdu kau lontarkan seluruh makian lisanmu.Tak ada luka yang kau buat mampu mengoyak hatiku lebih termenung, semua hanya terasa perih di dalam. Koyakkan yang kau buat hanya mampu menggelitiki hatiku dan berlahan mulai mengokang emosi yang selalu ku lampiaskan pada alam. Namun ku selalu tersenyum, aku tau hanya senyuman yang mampu menghentikan kakakan tawamu yang merdu, SETAN….!!! 
  
            Mengapa tak ada yang sanggup mengerti kenapa konsep Tuhan itu ada, semua yang kau pelajari itu norma atau hanya dongeng, kejam sekali jika Tuhan yang kau sebut maha pemurah, maha pengasih dan maha penyayang akan mengazabmu dengan kejam tanpa ampun penuh kehinaan dalam sistem nerakanya nanti. 

          Apakah semua ini hanya akal-akalan para ulama, pendeta dan yang dekat dengan agama, kau sebut saudaramu ini manusia tak berotak dan mulai mengkapling-kaplingkan surga yang kau anggap ada itu. Hanya golonganmu hanya golongan orang beruang yang bisa membantu orang tak beruang yang bisa masuk surga, Hanya orang yang rajin ke gereja, masjid dan melakukan kebaikan saja.
              Lihat….lihat….. lihat….!!!

 Coba kau lihat aku. Kau bahkan lebih rakus dari babi hutan. Babi saja masih mau menyisakan kotorannya untukku. 
            Namun aku telah menemukan cinta suci yang aku tak akan pernah rela bila kau merenggutnya, hanya dia yang tau aku meski aku sendiri tak tau kenapa aku berlahan terus-menerus mendapatkan suntikan injeksi gila dari kau.

            Hidupku memang hitam hidupku penuh dengan kegelapan, aku hanya berada dalam kotak kecil, aku hanya buangan mulai dari dikandung badan. Coba kau pakai ijazahmu yang tak murah itu untuk berfikir, kau pakai gelarmu yang panjang itu untuk berfikir, kau pakai uangmu itu untuk berfikir.   

          Mana surga yang pernah kau pelajari, setiap jumat kau kumandangkan khotbah yang penuh dengan kisah-kisah kekejaman Tuhan, padahal kau bilang Tuhan maha penyayang, setiap minggu kau bunyikan lonceng dan kau bilang Tuhan juru selamat, tapi bahkan Tuhan tak mampu menyelamatkan dirinya sendiri.

            Bersama kita rasakan apa yang kau upayakan pada hari ini, kau lelah kau letih, kau bahkan mulai bosan mengingat siapa kau dahulu, kau tak pernah mengenalku, kau manusia atau bukan, aku ini siapa.
            Jalan…..jalan…..jalan…..!!!!
            Entah kapan aku benar-benar menemukan kau menjadi sandaran hidupku yang bukan hanya imajinasi. Kau tau apa..? bahkan kau tak pernah mencari jati dirimu, kau hanya telan mentah semua apa yang sudah kau dapatkan tanpa pernah kau usahakan apa benar. apakah kau benar-benar JALANG…!!! Tidak, aku rasa tidak. Kau terlalu indah untuk menerima makian itu.

            Aku merindukanmu, aku menyayangimu tapi aku sendiri tak mengenal siapa aku, rentetan perjalanan seakan hanya berlalu begitu saja tanpa menyisakan sebuah peringatan, mungkin lebih banyak pelajaran yang harus diamalkan agar timah panas itu benar-benar bisa  menembus dada dan tertanam di dasar jantung.

            Entahlah masih banyak waktu yang tersisa lagi bagiku atau tidak, terundung dalam kecemasan terlena dalam kegundahan membuat aku tak pernah lagi merasakan embun segar di pagi hari, kenapa saban hari hanya terlihat malam. Namun aku terus jalan dan terus berjalan, aku mencari kau sebagai-Nya yang Maha Kuasa Tuhan.Tunjukkun sedikit kuasamu yang Maha Besar yang pernah mereka gadang-gadangkan bahwa kau memang Maha Pencipta semesta alam, kau juru selamat umat yang bisa menghidupkan orang mati, kau harus tunjukkan sebagai Kau-Nya Aku.  
             
                                                                       The End

Jumat, 26 Februari 2016

Aku Ingin Hidup



 
         Aku jiwa yang mati yang selalu terperangkap dalam kegundahan, Tuhan perintahkanlah malaikatmu untuk melepaskanku dari alam ini, aku ingin hidup, aku ingin tumbuh, aku harus terbang melambung tinggi menopang matahari.

        Aku kau ciptakan tapi tak kau hidupkan, aku makhlukmu tapi selalu kau taklukkan, hamba sahaya penuh dosa dalam kehampaan dunia.

       Punggungku kosong tanpa tumpuan, genggamanku hampa, kakiku hanya berpijak di dasar bumi,  desiran angin yang semakin deras berdesir menerbangkanku diiringi rintihan penghasilan buruh tambang.

       Kalimantan sampai kapan kau harus menanggung beban ini, tanah-tanahmu mulai berlubang korban dari kerakusan.

      Aku tak megerti apa yang harus kulakukan selamanya aku hanya bisa merenung sampai mati, aku benar-benar telah terpendam tak tau bisa terbang atau bahkan bisa keluar lagi dari dalam lubang perut bumi.



     Semua buruh tambang diperlakukan dengan kejam oleh waktu, dipaksa takluk dan tunduk dengan segala aturan, diatas kertas kontrak kerja yang berisi kerancuan. Tak ada pilihan selain menggali dan terus menggali sampai gundukan tanah menjadi tanggul tinggi besar pembatas kolam-kolam ikan di tengah hutan.

       Keluarga itu tak penting…!!! anak istri itu nomer sekian. yang penting adalah uang, setengah lebih sepertiga waktu hidup dalam sehari harus kembali takluk dengan aturan, jarak matahari dan kasih sayang hanya dongeng dalam lembar-lembar selip gaji bulanan.

      Kau memang tak ramah pada alam, kau memang penyebab segala bencana banjir di kota yang tak senggang ini. Sedikit memberi senyuman pada jiwa-jiwa yang membutuhkan, kau terus dipersalahkan dalam tiap-tiap bidang tanah Kalimantan yang mulai tak sopan.



      Apakah sampai pada akhir daratan ini tenggelam dengan berlahan hingga kita semua mati dengan memikul penyesalan. Tanah yang dikucilkan hanya dikeruk keuntungan tanpa pilihan, memperbudak pribumi memporak-porandakan tanah sendiri hingga terkulai lemas, merintih, lelah dan terkapar.  



         Aku ingin hidup, aku ingin tumbuh aku ingin kembali menopang matahari, aku ingin memberikan kerindangan pada setiap babi-babi liar yang tak pernah sadar. Aku ingin kehijauanku kembali mengakar dan menyumpal di tengah-tengah kehidupanmu sayang.          

                                                                     The End

Jumat, 25 Desember 2015

Gila Tanpa Asa



         Berdesir dalam hati entah kenapa ini menjadi lelucon yang sangat menjengkelkan, Angga menyentak keras orang gila yang merancu tak jelas di sudut jalan, rancuannya aku yakin sangat mengganggu masyarakat pada malam ini. Namun karena malam telah sangat larut tak seorang pun peduli akan rancuannya.

Narkoba kamu, Seksual, Bekasi….!!!!

        Gerutuan orang gila itu sembari teriak yang membuat pendengaran Angga semakin memanas, seakan ingin menghempaskan kakinya ke mulut orang gila itu.
 Udah kawan dia orang sakit tidak usah di tanggapi...

        Angga tetap pergi menghampiri orang gila itu sembari mengupat dan berkata “Heh diam kamu, sudah malam su….!!!!

          Tanpa diduga orang gila ini semakin menjadi dan mengeluarkan badik dari celah celana yang diselipkan di pinggangnya.

         “Diam kamu,, kamu orang mana di sini wilayahku bukan rumahmu tak ada yang boleh menguasai wilayahku. Narkoba kamu, seksual, bekasi. Anak kapolda tak ada yang bisa menyuruh-nyuruh aku”  sembari mengacung-acungkan badiknya rancuan orang gila itu semakin nyaring dan membangunkan pak kades.

          Dengan kasar kutarik Angga sebelum badik itu benar-benar mengoyak perutnya, sudah kawan tak perlu ditanggapai semua hanya ilusi. Seketika itu juga pak kades membawa orang gila itu  ke pelataran makam yang cukup gelap demi kenyamanan desa yang sunyi ini.

        “Purwajaya, purwajaya, purwajaya tanah Ku, Cuma punyaku bukan punyamu. brengsek narkoba, seksual, bekasi…!!!”  makin menggerutu orang gila ini dari kejauhan. 

         Angga  semakin meronta… “Lepaskan aku orang macam dia tak akan pernah jera sebelum dapat pelajaran", gumam Angga denagan penuh emosi.

         Aku tetap menarik Angga pergi tanpa memperdulikan raungannya yang juga semakin menjadi seperti orang gila itu.

          “Kapolda mana kamu… Hahaha… kapolda hanya ada di sana tidak akan pernah ada di sini, hukumannmu berat menjual nama kapolda dihadapanku”, teriak orang gila ini yang semakin tak jelas.

         Lantang ku balas teriakannya, “Heh kamu, tak ada yang sanggup menjual bahkan membeli nama kapolda bahkan otakmu yang sudah tak berotak itupun tak akan pernah ada harganya di mata hukum”,

          Ku dadakan tanganku sebagai ucapan perpisahan kepada orang gila itu yang semakin nyaring nyanyiannya… pak kades hanya bisa menggelengkan kepalanya dan berlahan menghilang dalam kegelapan malam.

       “Lalalalala…hahaha…!!! Heh..!!! kalian pecundang”  sembari mengangkat congkak genggaman tangannya yang berisi Satyalancana Karya Satya yang mengagetkan Angga”.

      Aku kembali tersenyum dan menepuk bahu Angga sembari berkata
           “Engkasi baru”..!!!
          “Aga” ???  jawab Angga.     
          “Ojo Dumeh”,
         Semua orang juga punya, kita hanyalah anak seberang desa yang suatu saat juga akan terhanyut tenangnya arus sungai mahakam yang mulai megeruh ini. Angga yang terkejut itupun mulai termenung dalam hening dan mulai layu berjalan bersamaku untuk mencari sesuatu yang hilang dalam jiwa ini.

      Seakan hentakan langkah kaki dengan cepat mendekati kami berdua yang membuat anjing-anjing mulai menggonggong  seperti pesta kenaikan pangkat, seketika kabut pekat menyelimuti kami dalam kegelapan malam yang mulai membekukan kami.

         “Aaarrggggg….!!!”

      Angga berteriak seperti orang kesurupan dalam kabut ini, aku bahkan kehilangan dia dari pandanganku.   “Angga… Angga….Angga kamu di mana…!!!!”  beberapa detik kemudian semilir angin malam pun berhembus mengusir pergi kabut ini. Tanpa pernah kuduga aku melihat Angga beberapa langkah di belakangku tergeletak bersimbah darah dengan luka mengangga tepat di jantungnya bekas koyakan senjata tajam.

        Gerutu dan nyanyian itu kembali terdengar membuat bulu-bulu halus di leherku berdesir kaku, dengan pandangan tajam seseorang menatapku dari kejauhan, ternyata orang gila itu. Ia kembali berada di pojok jalan sembari tersenyum dan menjilati badiknya yang masih bercucuran darah.
   
                                                                    The end

Minggu, 29 November 2015

Minggu Pagi



            Angin semilir menebarkan kesejukannya seakan mengiringiku bersama pia menelusuri jalanan antar kota ini, Balikpapan ya dimana ada Pantai di sana. Entah kenapa Pantai, aku ini sangat terobsesi dengan pantai setelah sekian lama merencanakan hari ini untuk bisa jalan bersama pia akhirnya hari ini pun tiba.

        Hati ini benar-benar serasa hidup dan sepenuhnya berarti, entah apa yang pia rasakan hari ini tetapi aku melihat binar wajah yang sumringah di sudut bibirnya yang mungil itu, seakan tak mau menghentikan senyumannya. Gadis ini benar-benar membuatku semakin mengajariku betapa pentingnya moment yang kami tunggu-tunggu ini dan betapa berharganya waktu meski hanya sesaat.

      Sebenarnya ini bukan waktu libur panjang tetapi dengan semangat kami memanfaatkan libur yang hanya satu hari dengan sebaik-baiknya untuk menggapai rencana yang belum juga pernah kesampaian,  dan  pagi inipun kami didampingi dengan cuaca yang sangat cerah,

Hmmmmm….!!!!!!

      Menghela nafas panjang, lalu menghembuskannya berlahan, betapa sejuknya pagi ini, aku hanya mengendarai sepeda motor dan menggoncengnya menembus kabut yang mulai dirobek oleh sinar mentari yang berlahan meraksasa.

     Benar-benar apa adanya yang terlihat dihari ini yang membuat aku tak hentinya mencuri-curi pandangan melihat binar matanya yang indah ini dari kaca spion, iya kaca spion gak lucukan kalo aku tengok kebelakang  dan nantinya aku tak melihat arah jalan ke depan lalu terjatuh berdua, kan dia bisa terluka dan hilang keelokan dirinya Hehehe,,,,,   

      Aku sangat menikmati perjalan ini karena aku tak pernah menyangka bahwa rencana yang hanya sekedar rencana ini rupanya bisa datang menghampiri kami berdua, karena kesungguhan serta rasa ingin bertemu yang begitu besar setelah sekian lama kami berdua dekat baru kali ini bisa jalan dan meghabiskan waktu bersama meski hanya satu hari. 

       Setibanya di pantai Pia dengan bahagianya menarik tanganku dan langsung mengajakku berfoto seakan tak ingin kehilangan saat-saat yang membahagiakan ini dengan langsung mengabadikannya,   Hari ini benar-benar penuh hal yang menyenangkan dan moment yang tak pernah aku bayangkan.

         Mungkin bagi sebagian orang jalan bersama orang yang disayang itu bisa kapan aja dan kemana aja namun berbeda dengan kami, hal ini dulunya sungguh hanya mimpi yang mungkin tak akan pernah bisa terwujud, namun Tuhan menggariskan sesuatu yang berbeda terhadap kami. 

        Betapa gemulainya gelombang kecil air laut yang tanpa kenal lelah menyapu bibir pantai ini dan penuh hal-hal yang menyenangkan seakan aku tak kuasa ingin memeluk serta mendekap erat dirinya namun aku tak memiliki keberanian sebesar itu, dengan bisa menggenggam erat tangannya itu sudah sangat merupakan sesuatu yang dapat menenangkan jiwaku. Piaku andai kamu tau betapa besarnya harapan yang aku tanamkan pada dirimu, hingga saat ini aku bahkan tak mampu menjelaskan perasaan ini kepadamu aku sendiri tak mengerti apa yang membuatku merasa tenang berada di dekatmu.   

                                                                       The End