Riuh hiruk-pikuk di pelataran kampus penuh hamparan
manusia tak terhitung jumlahnya memenuhi pandanganku yang sedari tadi mengamati
tingkah lakumu dari kejauhan, mulai dari hal kecil seperti gerakan jemari
lentikmu hingga raut wajah yang mulai kusam karena kau mulai sinis memandangku.
Masihkah kau murung melihat kerumunan mahasiswa kampus
universitas terbesar di Kalimantan Timur ini. Kelalaian apa hingga kau begitu murka
terhadapku, aku bahkan tak mengerti kenapa kau lalu membenciku, sayang…!!! Apa karena
‘Psikologi’ jurusan besar yang tak pernah kau dambakan dalam kehadiranku.
Mungkin
karena sebuah penantian atau hanya hayalanku yang seakan kian hari kian berkembang
merasakan kehadiranmu yang sangat aku harapkan. Aku bahkan heran terhadapmu,
kenapa kau selalu terselip dalam otakku yang tak berguna ini. Apa mungkin karena
kau sebuah impian atau bahkan kau sebuah masa depan yang mulai berawal dari fakultas
ilmu sosial dan politik ini.
Tak banyak yang mengenalku atau bahkan yang tahu dari mana
asalku. Pinggiran, iya pinggiran…!!! Mungkin memang benar aku dari pinggiran
yang kian hari kian menepi tersisih dan hanyut dalam pikiran yang tak simetris ini.
Jangankan untuk mengerti kepribadian dalam dirimu, untuk mengenal siapa diriku
pun aku tak pernah tahu sayang. Aku bukan dukun yang kau anggap selalu peka dalam
penantianmu yang panjang.
Kejiwaanku mungkin telah kau telan tak tersisa hingga aku
hanya bisa terombang ambing dalam kemunafikan diri. Kau bukanlah kekasih, kau bukanlah
teman, kau bukanlah orang yang pernah aku kenal sebelumnya. aku juga tak tahu
dengan sebutan apa aku memanggilmu, Pie…!!! Iya aku menyebutmu dengan ‘Pie’
semoga kau tak marah dengan sebutan itu.
Hari demi hari dari balik jendela sebuah rungan yang
tak cukup lebar aku mengamatimu dengan syahdu, berlahan aku mulai melukiskan raut
matamu pada sehelai kertas yang terlihat
jelas bayangan wajahku meski dari kejauhan. Aku tak pernah mencoba mengatakan apapun
padamu. Aku telah cukup bahagia bisa melihat matamu yang indah bersanding
dengan jernihnya tetesan embun pagi.
Rasa ini aku umbar dengan senyuman lebar, aku merenung
pada saat malam datang, aku ciptakan sebuah alur yang lagi-lagi tak ku temukan kejelasan
cerita kita. Apakah ada sebuah jalan yang nantinya akan menghantarkan kita pada sampan
kecil yang bisa kita gunakan untuk mengunjungi purnama.
Pie…!!! Apakah tanganku yang mungil ini suatu saat nanti
mampu menggenggam erat tanganmu dan tak akan melapaskannya atau punggungku yang
tak kokoh ini mampu menopang kebahagiaanmu dalam kehidupan mendatang. Tak pernahku
lontarkan pujian manis pada dirimu yang ayu atau pada kerudung hitammu yang
menutup bagian terindah tubuhmu.
Aku tak tahu kenapa sekilas kau menatap tajam mataku,
aku membuat dugaan-dugaan hingga membuat otakku yang berkarat ini bergerak untuk
memikirkan sesuatu tentang dirimu karena semula aku tak pernah berfikir tentang
kamu sayang. Apa lagi cinta, kau pikir aku tahu cinta, yang aku tahu hanyalah bayangan
matamu yang tegambar jelas setiap pagi bersanding dengan embun pada setangkai bunga
mawar yang kian menghitam pada sebuah pot bunga di pinggir parkiran.
Kau berlahan mulai menerbangkanku, kau rangkul aku dalam
dekapan mesra yang membuatku terngiang-ngiang penuh dengan ketidakpercayaan jika
kau akan melakukan hal ini padaku sayang, Pie kau telah membawaku melayang jauh
dan jauh sekali hingga hanya terlihat deretan awan putih bersih yang menghampar
pada langit Universitas Mulawarman ini.
Tetapi entah kenapa kau mulai melepaskan dekapanmu,
kau maki aku, kau ciptakan sebuah kebencian yang mendalam paada dirimu seakan kau
telah jadikan aku buruan terbesarmu setelah kau tahu jika aku mahasiswa fisipol
unmul. Entah ada apa dengan latar belakang ini, apakah telah ada cerita lain
yang kau rangkai dalam kehidupanmu sebelumnya sayang sehingga kau luapkan semua
kemarahanmu padaku. Ku terima dengan ikhlas semua perlakuanmu, tak ada dendam
yang tertinggal bahkan wajahku yang datar ini mulai bisa menumbuhkan senyuman
yang berarti untukmu.
Mungkin ini alur yang berlahan mulai menemukan kejelasan
hingga timbul sebuah gejolak dalam diriku bahwa cinta itu tak perlu pengorbanan
sayang, dia tidak akan pergi dan tidak akan sembunyi. Jika setiap cinta memandang
latar belakang untuk apa kau menuntut kemurnian rasa sayang dari seseorang yang
konon katanya kau sangat mencintainya.
Salahkah aku mengenalmu dengan sebutan Pie, kau agungkan
aku dalam setiap syair lagumu yang indah meski tak seorang pun selain aku yang
tahu akan syair-syairmu itu sayang. Ini bukanlah sebuah nasehat untukmu. Ini hanyalah
cerminan kehidupan seorang insan yang tak jelas di mana kedudukannya saat ini hingga
kebencian itu mulai tumbuh dan mengakar dalam dirimu Pie.
Aku bukanlah apa-apa dengan latar belakang cerita ini,
aku hanya bayangan keraguan yang ada dalam setiap jejak langkah yang berlahan mulai
kau tinggalkan, mungkin jejak langkah itu mulai tersapu rintikan hujan di bulan
juni ini hingga tak segan kau menutup diri dariku yang jelas-jalas bukan orang
yang tahu diri ini. Berkeringat dan gemetar tubuhku terbayang sikap dinginmu aku
tutup mulutku, ku butakan mataku, ku tulikan telingaku namun rasa ini benar-benar
membuatku terlupa siapa aku yang sesungguhnya.
Sejenak ku helah nafas panjang, melihat sikapmu yang
seperti itu membuatku semakin berfikir, ku sandarkan kepalaku pada meja kelas, ku
pejamkan mataku dan hanya suara kipas angin yang dapat aku dengar menemani hatiku.
Lewati segala keterasingan aku kembali mengingat bahwa kita dahulu pernah saling
merajut hari bersama. Berat sekali aku menengadahkan kepalaku ke atas hingga tanpa
sadar aku terpejam dalam ruang kelas yang kosong sedari tadi.
Gubrak....cittttt…!!!! Aku pun seketika terbangun ketika
mini bus ini menabrak jalan yang berlubang. Sial mini bus travel berlogo hewan
liar berkantung ini kencang sekali hingga mengabaikan kenyamanan penumpangnya
yang sedang nikmat tertidur. Ketika ku raba saku belakang ternyata dompetku
hilang, dimanakah dompetku ?
Astaga mimpi apa aku tadi, sayang sekali sopir ini tak
mengerti perasaan seorang pemuda sepertiku, aku rindu liburan semester, penat sekali
dengan tugas-tugas kuliah, aku butuh liburan pak sopir, kembalikan mimpiku yang
tadi. Siapa itu Pie ?
Benar-benar hidup ini perlu keiklasan biarlah semuanya
lenyap baik dompet maupun mimpi indah lenyap tanpa bekas tapi aku tak apa, lain
kali aku akan posting tentang mini bus travel ini ke grup facebook busam biar
teman-teman tahu gimana asyiknya menumpangi travel ini.
Setelah nyawa terkumpul dari tidur seketika ku
teringat ternyata aku baru sadar jika dompetku tertinggal di kamar kos, sejenak
aku berfikir setelah turun dari travel ini lalu barang apa yang bisa aku
gadaikan untuk dapat naik ojek hingga sampai ke rumah yang sudah satu semester
ini tidak ku injak lantainya, aduh betapa rindunya masakan ibu.
The End