Daftar Blog Saya

Minggu, 03 Juli 2016

Satu Rasa Sambung Tembaga



Lebaran hampir tiba akhirnya rencana buka puasa bareng teman-teman STM terlaksana juga, memang sih agak ribet ngumpulin teman-teman yang udah pada punya kesibukan masing-masing tapi ya terbukti juga solidaritas kelas LISTRIK 1 masih kental terlihat meski tiga tahun telah lulus dan berlalu.

Perlu waktu lebih dari dua minggu menskedulkan acara ini, namun sepertinya waktu sepanjang itu masih saja terasa singkat untuk mengadakan rencana yang sedemikian spesial ini. Seperti biasa dalam diskusi selalu penuh candaan tawa konyol dan liku-liku basa basi, hal ini dilakuakan tak lain hanya untuk menggabungkan puluhan kepala ini menjadi satu tujuan yang sama, meski tidak persis.

Mungkin bagi sebagian orang moment berkumpul semacam ini hal yang biasa saja, namun bila dirasakan jarang banget bisa ngumpul bareng teman-teman lagi yang dahulunya sekelas namun sekarang udah pada berpisah tempat kuliah, kerjaan tempat tinggal serta udah gak semudah waktu masih jaman sekolah dahulu lah pokoknya.

Meski begitu nyatanya teman-teman yang berada jauh dari pusat kota samarinda pun hadir, teman-teman yang udah pada kerja pun dengan suka cita rela menjadi donatur yang secara cuma-cuma rela ngeluarin sebagian pendapatannya untuk ngumpulin teman-teman STM lainnya, salut banget dengan mereka.

Rerto & Café Sambal Pedas Jalan Kadrie Oening Samarinda menjadi lokasi pertemuan kali ini, sebagai acara tahunan bukan hanya sebagai ajang hura-hura namun tentu saja hal ini digunakan sebagai ajang silahturahmi sambung rasa yang udang lama tidak berjumpa, bukan hanya yang melaksanakan ibadah puasa namun teman-teman yang tidak melaksanakan puasa pun tetap bersedia nyempatkan hadir ke tempat ini hanya demi bisa ngumpul bareng teman-teman lagi yang dahulunya susah senang selalu satu kelas ini.

Namun ternyata keadaan tidak berjalan semulus yang direncanakan, satu jam sebelum buka puasa kota samarinda dilanda hujan lebat, kebayangkan gimana perjuangan untuk datang ke acara bukber tahunan kali ini. namun sekali lagi makin terlihat kekompakan para alumnus LISTRIK 1 ini dengan pakaian yang sebagaian basah kuyup karena lebatnya hujan namun tidak menyurutkan antusias teman-teman untuk tetap datang, dan dengan gaya khas pencilakan anak STM meramaikan lokasi tempat makan ini. Serasa seperti di rumah mamak sendiri, Heheheee…



Yah semoga aja masih bisa bertemu ditahun yang akan datang dalam keadaan yang sehat dan menyehatkan bagi teman-teman semua, kesombongan bukanlah tonggak kegagalan jika kebersamaan terus tersambung bagaikan kabel tembaga yang pernah kalian sambung pada masa rasa penuh asa yang udah kita lalui bersama dahulunya. Semoga yang tidak bisa datang kali ini, tahun depan bisa ikut ngumpul bareng lagi, dan semoga yang belum dapat kerja tahun depan undah kerja, yang kuliah semoga udah kerja, yang sekarang udah kerja tahun depan kerjanya lebih baik lagi yah semoga, semoga, semoga yang terbaiklah buat teman-teman semua. yah kerja, kerja, kerjalah pokoknya. 

Oiya yang tahun depan mau resepsi undangannya ditunggu yaa… Hehehe…

Jumat, 24 Juni 2016

Embun Pagi Fisipol




Riuh hiruk-pikuk di pelataran kampus penuh hamparan manusia tak terhitung jumlahnya memenuhi pandanganku yang sedari tadi mengamati tingkah lakumu dari kejauhan, mulai dari hal kecil seperti gerakan jemari lentikmu hingga raut wajah yang mulai kusam karena kau mulai sinis memandangku.

Masihkah kau murung melihat kerumunan mahasiswa kampus universitas terbesar di Kalimantan Timur ini. Kelalaian apa hingga kau begitu murka terhadapku, aku bahkan tak mengerti kenapa kau lalu membenciku, sayang…!!! Apa karena ‘Psikologi’ jurusan besar yang tak pernah kau dambakan dalam kehadiranku.
 
            Mungkin karena sebuah penantian atau hanya hayalanku yang seakan kian hari kian berkembang merasakan kehadiranmu yang sangat aku harapkan. Aku bahkan heran terhadapmu, kenapa kau selalu terselip dalam otakku yang tak berguna ini. Apa mungkin karena kau sebuah impian atau bahkan kau sebuah masa depan yang mulai berawal dari fakultas ilmu sosial dan politik ini.

Tak banyak yang mengenalku atau bahkan yang tahu dari mana asalku. Pinggiran, iya pinggiran…!!! Mungkin memang benar aku dari pinggiran yang kian hari kian menepi tersisih dan hanyut dalam pikiran yang tak simetris ini. Jangankan untuk mengerti kepribadian dalam dirimu, untuk mengenal siapa diriku pun aku tak pernah tahu sayang. Aku bukan dukun yang kau anggap selalu peka dalam penantianmu yang panjang.

Kejiwaanku mungkin telah kau telan tak tersisa hingga aku hanya bisa terombang ambing dalam kemunafikan diri. Kau bukanlah kekasih, kau bukanlah teman, kau bukanlah orang yang pernah aku kenal sebelumnya. aku juga tak tahu dengan sebutan apa aku memanggilmu, Pie…!!! Iya aku menyebutmu dengan ‘Pie’ semoga kau tak marah dengan sebutan itu.

Hari demi hari dari balik jendela sebuah rungan yang tak cukup lebar aku mengamatimu dengan syahdu, berlahan aku mulai melukiskan raut matamu pada sehelai kertas  yang terlihat jelas bayangan wajahku meski dari kejauhan. Aku tak pernah mencoba mengatakan apapun padamu. Aku telah cukup bahagia bisa melihat matamu yang indah bersanding dengan jernihnya tetesan embun pagi.

Rasa ini aku umbar dengan senyuman lebar, aku merenung pada saat malam datang, aku ciptakan sebuah alur yang lagi-lagi tak ku temukan kejelasan cerita kita. Apakah ada sebuah jalan yang  nantinya akan menghantarkan kita pada sampan kecil yang bisa kita gunakan untuk mengunjungi purnama. 

Pie…!!! Apakah tanganku yang mungil ini suatu saat nanti mampu menggenggam erat tanganmu dan tak akan melapaskannya atau punggungku yang tak kokoh ini mampu menopang kebahagiaanmu dalam kehidupan mendatang. Tak pernahku lontarkan pujian manis pada dirimu yang ayu atau pada kerudung hitammu yang menutup bagian terindah tubuhmu.

Aku tak tahu kenapa sekilas kau menatap tajam mataku, aku membuat dugaan-dugaan hingga membuat otakku yang berkarat ini bergerak untuk memikirkan sesuatu tentang dirimu karena semula aku tak pernah berfikir tentang kamu sayang. Apa lagi cinta, kau pikir aku tahu cinta, yang aku tahu hanyalah bayangan matamu yang tegambar jelas setiap pagi bersanding dengan embun pada setangkai bunga mawar yang kian menghitam pada sebuah pot bunga di pinggir parkiran.

Kau berlahan mulai menerbangkanku, kau rangkul aku dalam dekapan mesra yang membuatku terngiang-ngiang penuh dengan ketidakpercayaan jika kau akan melakukan hal ini padaku sayang, Pie kau telah membawaku melayang jauh dan jauh sekali hingga hanya terlihat deretan awan putih bersih yang menghampar pada langit Universitas Mulawarman ini.

Tetapi entah kenapa kau mulai melepaskan dekapanmu, kau maki aku, kau ciptakan sebuah kebencian yang mendalam paada dirimu seakan kau telah jadikan aku buruan terbesarmu setelah kau tahu jika aku mahasiswa fisipol unmul. Entah ada apa dengan latar belakang ini, apakah telah ada cerita lain yang kau rangkai dalam kehidupanmu sebelumnya sayang sehingga kau luapkan semua kemarahanmu padaku. Ku terima dengan ikhlas semua perlakuanmu, tak ada dendam yang tertinggal bahkan wajahku yang datar ini mulai bisa menumbuhkan senyuman yang berarti untukmu.

Mungkin ini alur yang berlahan mulai menemukan kejelasan hingga timbul sebuah gejolak dalam diriku bahwa cinta itu tak perlu pengorbanan sayang, dia tidak akan pergi dan tidak akan sembunyi. Jika setiap cinta memandang latar belakang untuk apa kau menuntut kemurnian rasa sayang dari seseorang yang konon katanya kau sangat mencintainya. 

Salahkah aku mengenalmu dengan sebutan Pie, kau agungkan aku dalam setiap syair lagumu yang indah meski tak seorang pun selain aku yang tahu akan syair-syairmu itu sayang. Ini bukanlah sebuah nasehat untukmu. Ini hanyalah cerminan kehidupan seorang insan yang tak jelas di mana kedudukannya saat ini hingga kebencian itu mulai tumbuh dan mengakar dalam dirimu Pie.

Aku bukanlah apa-apa dengan latar belakang cerita ini, aku hanya bayangan keraguan yang ada dalam setiap jejak langkah yang berlahan mulai kau tinggalkan, mungkin jejak langkah itu mulai tersapu rintikan hujan di bulan juni ini hingga tak segan kau menutup diri dariku yang jelas-jalas bukan orang yang tahu diri ini. Berkeringat dan gemetar tubuhku terbayang sikap dinginmu aku tutup mulutku, ku butakan mataku, ku tulikan telingaku namun rasa ini benar-benar membuatku terlupa siapa aku yang sesungguhnya.

Sejenak ku helah nafas panjang, melihat sikapmu yang seperti itu membuatku semakin berfikir, ku sandarkan kepalaku pada meja kelas, ku pejamkan mataku dan hanya suara kipas angin yang dapat aku dengar menemani hatiku. Lewati segala keterasingan aku kembali mengingat bahwa kita dahulu pernah saling merajut hari bersama. Berat sekali aku menengadahkan kepalaku ke atas hingga tanpa sadar aku terpejam dalam ruang kelas yang kosong sedari tadi.

Gubrak....cittttt…!!!! Aku pun seketika terbangun ketika mini bus ini menabrak jalan yang berlubang. Sial mini bus travel berlogo hewan liar berkantung ini kencang sekali hingga mengabaikan kenyamanan penumpangnya yang sedang nikmat tertidur. Ketika ku raba saku belakang ternyata dompetku hilang, dimanakah dompetku ?

Astaga mimpi apa aku tadi, sayang sekali sopir ini tak mengerti perasaan seorang pemuda sepertiku, aku rindu liburan semester, penat sekali dengan tugas-tugas kuliah, aku butuh liburan pak sopir, kembalikan mimpiku yang tadi. Siapa itu Pie ?

Benar-benar hidup ini perlu keiklasan biarlah semuanya lenyap baik dompet maupun mimpi indah lenyap tanpa bekas tapi aku tak apa, lain kali aku akan posting tentang mini bus travel ini ke grup facebook busam biar teman-teman tahu gimana asyiknya menumpangi travel ini.

Setelah nyawa terkumpul dari tidur seketika ku teringat ternyata aku baru sadar jika dompetku tertinggal di kamar kos, sejenak aku berfikir setelah turun dari travel ini lalu barang apa yang bisa aku gadaikan untuk dapat naik ojek hingga sampai ke rumah yang sudah satu semester ini tidak ku injak lantainya, aduh betapa rindunya masakan ibu. 

The End


           

Jumat, 20 Mei 2016

Gagang Cangkul




Kalian cumbui aku dengan paksa
Kalian goreskan garpu besi di wajah dan leherku
Kalian koyak-koyak selangkanganku
Sampai gagang cangkul pun kalian tancapkan dengan kaki dalam goa dengan paksa hingga merobek hati dan menembus paru-paruku

Ahhhh…. ammmmpunnn
Tangisan kesakitan dan rontaku tak kalian hiraukan
Mataku melotot nyaris keluar menahan perih
Hingga nafas tak tertahan lagi dan akhirnya keluar dari kerongkongan leherku

Maafkan aku ibu tak mampu lagi membantu menopang keperluan adik
Kini jiwaku telah tenang dalam gentayangan jiwa-jiwa resah mereka
Dua hari ku terkapar menjadi bangkai dalam kamar dengan simbahan darahku di kemaluan
Jangan sesali kepergianku bu
Mereka aku yang undang datang, namun kini aku telah pergi sendiri
Sesal dalam diriku pasti tak terelakkan bu
Mereka pasti tak akan pernah tenang

Saat ini aku hanya dapat memandangmu dari kejauhan bu dengan kesedihanmu yang sangat mendalam meratapi berita di televisi dan koran tentang nasip diriku

Tak usah risau memikirkan hukuman yang setimpal pada mereka, aku pun tak akan pernah kembali
Doamu bu yang terus memeluk ku di sini
Beritahu adik dan bapak bu jangan ada dendam di hati mereka

Aku sayang pada kalian semua, biar Tuhan yang membalas mereka dan percayakan semua pada penegak hukum yang hidup nuraninya


                                                                                                                           
                                                                                                                             (Bunga Karbitan)

Jumat, 22 April 2016

Jalan yang Panjang



Aku kembali melangkahkan kakiku menyusuri dunia yang gelap, kau selalu menganggap hidupku tak ada arti, semua orang menghinaku, merendahkanku, menyudutkanku. Seolah lagu termerdu kau lontarkan seluruh makian lisanmu.Tak ada luka yang kau buat mampu mengoyak hatiku lebih termenung, semua hanya terasa perih di dalam. Koyakkan yang kau buat hanya mampu menggelitiki hatiku dan berlahan mulai mengokang emosi yang selalu ku lampiaskan pada alam. Namun ku selalu tersenyum, aku tau hanya senyuman yang mampu menghentikan kakakan tawamu yang merdu, SETAN….!!! 
  
            Mengapa tak ada yang sanggup mengerti kenapa konsep Tuhan itu ada, semua yang kau pelajari itu norma atau hanya dongeng, kejam sekali jika Tuhan yang kau sebut maha pemurah, maha pengasih dan maha penyayang akan mengazabmu dengan kejam tanpa ampun penuh kehinaan dalam sistem nerakanya nanti. 

          Apakah semua ini hanya akal-akalan para ulama, pendeta dan yang dekat dengan agama, kau sebut saudaramu ini manusia tak berotak dan mulai mengkapling-kaplingkan surga yang kau anggap ada itu. Hanya golonganmu hanya golongan orang beruang yang bisa membantu orang tak beruang yang bisa masuk surga, Hanya orang yang rajin ke gereja, masjid dan melakukan kebaikan saja.
              Lihat….lihat….. lihat….!!!

 Coba kau lihat aku. Kau bahkan lebih rakus dari babi hutan. Babi saja masih mau menyisakan kotorannya untukku. 
            Namun aku telah menemukan cinta suci yang aku tak akan pernah rela bila kau merenggutnya, hanya dia yang tau aku meski aku sendiri tak tau kenapa aku berlahan terus-menerus mendapatkan suntikan injeksi gila dari kau.

            Hidupku memang hitam hidupku penuh dengan kegelapan, aku hanya berada dalam kotak kecil, aku hanya buangan mulai dari dikandung badan. Coba kau pakai ijazahmu yang tak murah itu untuk berfikir, kau pakai gelarmu yang panjang itu untuk berfikir, kau pakai uangmu itu untuk berfikir.   

          Mana surga yang pernah kau pelajari, setiap jumat kau kumandangkan khotbah yang penuh dengan kisah-kisah kekejaman Tuhan, padahal kau bilang Tuhan maha penyayang, setiap minggu kau bunyikan lonceng dan kau bilang Tuhan juru selamat, tapi bahkan Tuhan tak mampu menyelamatkan dirinya sendiri.

            Bersama kita rasakan apa yang kau upayakan pada hari ini, kau lelah kau letih, kau bahkan mulai bosan mengingat siapa kau dahulu, kau tak pernah mengenalku, kau manusia atau bukan, aku ini siapa.
            Jalan…..jalan…..jalan…..!!!!
            Entah kapan aku benar-benar menemukan kau menjadi sandaran hidupku yang bukan hanya imajinasi. Kau tau apa..? bahkan kau tak pernah mencari jati dirimu, kau hanya telan mentah semua apa yang sudah kau dapatkan tanpa pernah kau usahakan apa benar. apakah kau benar-benar JALANG…!!! Tidak, aku rasa tidak. Kau terlalu indah untuk menerima makian itu.

            Aku merindukanmu, aku menyayangimu tapi aku sendiri tak mengenal siapa aku, rentetan perjalanan seakan hanya berlalu begitu saja tanpa menyisakan sebuah peringatan, mungkin lebih banyak pelajaran yang harus diamalkan agar timah panas itu benar-benar bisa  menembus dada dan tertanam di dasar jantung.

            Entahlah masih banyak waktu yang tersisa lagi bagiku atau tidak, terundung dalam kecemasan terlena dalam kegundahan membuat aku tak pernah lagi merasakan embun segar di pagi hari, kenapa saban hari hanya terlihat malam. Namun aku terus jalan dan terus berjalan, aku mencari kau sebagai-Nya yang Maha Kuasa Tuhan.Tunjukkun sedikit kuasamu yang Maha Besar yang pernah mereka gadang-gadangkan bahwa kau memang Maha Pencipta semesta alam, kau juru selamat umat yang bisa menghidupkan orang mati, kau harus tunjukkan sebagai Kau-Nya Aku.  
             
                                                                       The End

Jumat, 26 Februari 2016

Aku Ingin Hidup



 
         Aku jiwa yang mati yang selalu terperangkap dalam kegundahan, Tuhan perintahkanlah malaikatmu untuk melepaskanku dari alam ini, aku ingin hidup, aku ingin tumbuh, aku harus terbang melambung tinggi menopang matahari.

        Aku kau ciptakan tapi tak kau hidupkan, aku makhlukmu tapi selalu kau taklukkan, hamba sahaya penuh dosa dalam kehampaan dunia.

       Punggungku kosong tanpa tumpuan, genggamanku hampa, kakiku hanya berpijak di dasar bumi,  desiran angin yang semakin deras berdesir menerbangkanku diiringi rintihan penghasilan buruh tambang.

       Kalimantan sampai kapan kau harus menanggung beban ini, tanah-tanahmu mulai berlubang korban dari kerakusan.

      Aku tak megerti apa yang harus kulakukan selamanya aku hanya bisa merenung sampai mati, aku benar-benar telah terpendam tak tau bisa terbang atau bahkan bisa keluar lagi dari dalam lubang perut bumi.



     Semua buruh tambang diperlakukan dengan kejam oleh waktu, dipaksa takluk dan tunduk dengan segala aturan, diatas kertas kontrak kerja yang berisi kerancuan. Tak ada pilihan selain menggali dan terus menggali sampai gundukan tanah menjadi tanggul tinggi besar pembatas kolam-kolam ikan di tengah hutan.

       Keluarga itu tak penting…!!! anak istri itu nomer sekian. yang penting adalah uang, setengah lebih sepertiga waktu hidup dalam sehari harus kembali takluk dengan aturan, jarak matahari dan kasih sayang hanya dongeng dalam lembar-lembar selip gaji bulanan.

      Kau memang tak ramah pada alam, kau memang penyebab segala bencana banjir di kota yang tak senggang ini. Sedikit memberi senyuman pada jiwa-jiwa yang membutuhkan, kau terus dipersalahkan dalam tiap-tiap bidang tanah Kalimantan yang mulai tak sopan.



      Apakah sampai pada akhir daratan ini tenggelam dengan berlahan hingga kita semua mati dengan memikul penyesalan. Tanah yang dikucilkan hanya dikeruk keuntungan tanpa pilihan, memperbudak pribumi memporak-porandakan tanah sendiri hingga terkulai lemas, merintih, lelah dan terkapar.  



         Aku ingin hidup, aku ingin tumbuh aku ingin kembali menopang matahari, aku ingin memberikan kerindangan pada setiap babi-babi liar yang tak pernah sadar. Aku ingin kehijauanku kembali mengakar dan menyumpal di tengah-tengah kehidupanmu sayang.          

                                                                     The End