Daftar Blog Saya

Selasa, 12 September 2017

Bekerjalah dengan Ikhlas dan Tanpa Riya



            Pertemuan ini begitu singkat, seakan baru sejenak ku tutup sampul halaman novel Hannibal milikmu namun secuil perjalanan ini telah usai. Ku temukan rasa bangga di jiwaku ketika ku buka lembaran ingatan tentang ruangan yang pernah menjadi saksi bahwa kita semua itu satu. Sebuah spanduk kecil yang bertuliskan Samarinda 127 mejadi awal dari sepenggal kisah yang penuh romansa. Waktu mulai berjalan semestinya, 60 hari dengan tuntas telah terlalui namun rasa ini barulah mulai menjalar ke benak nurani yang terdalam. Masih bolehkah aku merindukan kalian pada suatu saat nanti? Meski problematika tak pernah terhindar pada saat itu, namun kebersamaan ini akan terus ada karena sama rasa sama di dada.

            Fajar baru akan bersanding dengan harapan dan impian kita yang selama ini menjadi titik fokus petualangan hidup. Dan esok pasti semua itu akan kita renggut dari genggaman Tuhan yang kabarnya tak akan pernah membohongi setiap usaha dari ciptaanya. Tugas kita berakhir, namun masih ada tugas-tugas berikutnya yang harus kita tuntaskan agar kepakan sayap kehormatan semakin membentang.

            Meski tak semua kepedihan yang sama kita lewati bersama namun itulah yang telah menjadi tanggung jawab dan kepentingan bersama, suatu saat nanti ceritakanlah pada anak-anak kalian ketika 60 hari terlalui bukan hanya menemukan teman baru, tetapi kalian menemukan saudara baru dalam ruang lingkup keluarga yang baru pula.

            Kegelisahan, kecemasan, ketakutan, kebahagiaan serta harapan semua bersemayam dalam sebuah bangunan ukuran yang tak seberapa besar, namun penuh jejak yang ditinggalkan di bawah remang lampu yang menyala tak sempurna di atas tikar yang dinginnya mulai menjalar di kala malam. Senyum, muka masam, hingga linangan di mata yang mengalir ke pipi, tempat itu menjadi saksi. Bahkan deru kipas angin yang hanya mampu mengusik nyamuk yang menganggu kaki mulai berbisik kepada telinga ini bahwa rindumu akan segera tiba.

            Ku coba sedikit menghela nafas dan memejamkan mata untuk mengingat dengan rinci setiap jengkal kisah yang pernah terukir. Tak sanggup aku mengungkapkan semuanya karena hal itu hanya akan membuat aku terus terngiang setiap sudut mata kalian yang tak bisa membohongi apa yang kalian rasakan di kala itu. 

            Lawan kata dari cinta bukanlah kebencian, kita semua tak pernah memiliki rasa benci itu. kebencian hanyalah situasi dimana cinta itu mulai memburuk, lawan hakiki dari cinta adalah ketidak pedulian. Sedikit tersayat ingatan ini ketika kalimat itu mulai terbayang. Namun biarlah ia melayang dan lenyap tergantikan dengan senyum kebahagian.
         

          Hanya hari yang berganti, rasa pernah saling memboyong kesulitan bersama tak akan pernah terlupakan. Pastikan keinginan untuk berbagi kesulitan itu tetap tumbuh dan mengembang membuat bunga-bunga baru dengan orang-orang baru yang akan mengindahkan taman-taman masa depan kalian.

            Meski semua memiliki alasan masing-masing kenapa harus melalui tahap itu, tetapi semua dapat lebur dan menjadi satu adonan yang utuh tetap dengan senyuman meski tak semuanya yang dapat diungkapkan, namun lebih dari cukup semua yang telah kalian berikan kepada ingatan ini.
          

          Terimakasih kawan untuk semua yang telah kalian curahkan, kepalan tanganmu masih kencang. Jangan kau perkosa ingatanmu dengan kesalahan dan kebencian yang pernah kalian rasakan. Robohkan tembok ketidak pedulian demi pandangan yang lebih tajam. Bahkan curahan hujan beserta terpaan angin di atas aspal yang kita lintasi pernah menjadi saksi dari perjalanan ujian ini. Jangan kau Sangsikan semua yang telah kau anggap sebagai sebuah perjuangan. Jangan kita berpangku tangan, terus temukan jalan kalian.