Keluar….!!! keluar…!!! keluar…!!!
bentaknya di tengah kesibukan beberapa staf yang sedang melayani
warganya. Yah begitulah bila topeng telah dilepas, terlihat semakin bangir saja hidung seorang
penguasa yang mengaku dirinya seorang akademisi yang telah melakukan
pengabdian puluhan tahun di suatu desa. Semua orang itu bodoh. Hanya dirinya yang maha
mengetahui. Semoga Tuhan segera mencongkel kedua matanya dan
menggelindingkannya ke sela-sela gang sempit di pinggir sungi Mahakan sehingga
dia melihat betapa banyak warganya yang menginginkan pekerjaan.
Coba
renungkan, desa yang berlebel industri itu kini hanya menjadi lebel belaka,
bukan menjadi bilik seksi yang bisa menghibur warganya untuk tempat kegiatan
bercinta mereka, betapa miris, lumpur-lumpur kental bercampur tanah yang
berwarna merah itu kini kian mematikan lahan-lahan kesuburan di desa. Selokan
yang dulunya banyak dihuni seluang-seluang kecil kini telah lenyap, birahi
gairah bercinta itu kian menghilang.
Masyarakat
mulai impoten, gerbang besar lebel industri ada di mana-mana, warga desanya
telah disebut merdeka. Apa bola mata itu belum pernah menggelinding ke
dapur-dapur warganya yang mulai resah dengan sebutan desa lebel industri itu.
Kebudayaan mulai terkikis, identitas yang menjadi ciri khas telah amblas
dibalik jalan poros yang longsor karena dampak industri. Namun sebutan desa
percontohan terus digadang-gadang, piagam penghargaan diletakkan di ruang
tunggu kantor sebagai hiasan lambang gengsi untuk ajang pembuktian bahwa
kinerjanya telah membuahkan hasil.
Pada
suatu pagi datanglah seekor anjing yang menggonggongkan aspirasinya dan
menyampaikan solusi dengan tujuan mengangkat budaya lokal agar warganya tidak
hanya menjadi manusia-manusia merdeka yang tanpa kemerdekaan. Namun mata itu
justru masuk dalam tubuh serigala lalu mulai melotot dan mebuka pintu mengaung
mengusir anjing itu pergi, anjing itu terus melawan untuk memaksa mata itu
keluar dari tubuh serigala, sia-sia mata itu makin sinis dan anjing itupun
dikoyak-koyak hingga tak bernyawa di hadapan kelinci-kelinci kecil makanan
sehari-harinya.
Anjing telah lenyap tetapi arwahnya bergentayangan hingga matahari mulai bergelut dengan awan hitam, arwah itu mulai merasuki raga-raga teman manusianya yang berjumlah 14 orang. Tanpa diduga arwah itu mulai menampakkan wujudnya kehadapan serigala berkat energi yang dipancarkan teman-teman manusianya. Namun bola mata yang merasuki tubuh serigala itu makin menghitam sehitam serpihan berlian-berlian hitam yang ada di selokan desa.
Serigala telah mencaplok arwah anjing itu, arwah anjing itu kini benar-benar lenyap tersapu kekuasaan yang buta akan kebudayaan, anjing itu disebut tidak berideologi tanpa atitude, tanpa menceritakan apa yang sebenarnya terjadi di bilik kantor kepada 14 manusia yang penuh dengan kasih sayang. Namun ke-14 manusia itu akan membuktikan dengan kegigihan mereka kepada bola mata yang tertanam di tubuh serigala dan akan menggelindingkan mata itu untuk melihat warganya yang terkena dampak dari kebijak-kebijakannya yang tanpa kajian.
Semangat dan terus berjuang kawan...!!! Kalian pasti akan menjadi manusia yang bisa menunjukkan jalan kepada mata yang sejatinya mata di dalam tubuh seekor serigala yaitu nurani. Tak ada yang tidak bisa dikerjakan manusia selama itu masih pekerjaan manusia. Usaha kalian tak akan pernah berakhir hanya karena seorang anjing sepertiku. Terima kasih untuk segala bala bantuan kalian, masih banyak perlawanan-perlawanan yang harus diserukan.