Daftar Blog Saya

Jumat, 24 Juni 2016

Embun Pagi Fisipol




Riuh hiruk-pikuk di pelataran kampus penuh hamparan manusia tak terhitung jumlahnya memenuhi pandanganku yang sedari tadi mengamati tingkah lakumu dari kejauhan, mulai dari hal kecil seperti gerakan jemari lentikmu hingga raut wajah yang mulai kusam karena kau mulai sinis memandangku.

Masihkah kau murung melihat kerumunan mahasiswa kampus universitas terbesar di Kalimantan Timur ini. Kelalaian apa hingga kau begitu murka terhadapku, aku bahkan tak mengerti kenapa kau lalu membenciku, sayang…!!! Apa karena ‘Psikologi’ jurusan besar yang tak pernah kau dambakan dalam kehadiranku.
 
            Mungkin karena sebuah penantian atau hanya hayalanku yang seakan kian hari kian berkembang merasakan kehadiranmu yang sangat aku harapkan. Aku bahkan heran terhadapmu, kenapa kau selalu terselip dalam otakku yang tak berguna ini. Apa mungkin karena kau sebuah impian atau bahkan kau sebuah masa depan yang mulai berawal dari fakultas ilmu sosial dan politik ini.

Tak banyak yang mengenalku atau bahkan yang tahu dari mana asalku. Pinggiran, iya pinggiran…!!! Mungkin memang benar aku dari pinggiran yang kian hari kian menepi tersisih dan hanyut dalam pikiran yang tak simetris ini. Jangankan untuk mengerti kepribadian dalam dirimu, untuk mengenal siapa diriku pun aku tak pernah tahu sayang. Aku bukan dukun yang kau anggap selalu peka dalam penantianmu yang panjang.

Kejiwaanku mungkin telah kau telan tak tersisa hingga aku hanya bisa terombang ambing dalam kemunafikan diri. Kau bukanlah kekasih, kau bukanlah teman, kau bukanlah orang yang pernah aku kenal sebelumnya. aku juga tak tahu dengan sebutan apa aku memanggilmu, Pie…!!! Iya aku menyebutmu dengan ‘Pie’ semoga kau tak marah dengan sebutan itu.

Hari demi hari dari balik jendela sebuah rungan yang tak cukup lebar aku mengamatimu dengan syahdu, berlahan aku mulai melukiskan raut matamu pada sehelai kertas  yang terlihat jelas bayangan wajahku meski dari kejauhan. Aku tak pernah mencoba mengatakan apapun padamu. Aku telah cukup bahagia bisa melihat matamu yang indah bersanding dengan jernihnya tetesan embun pagi.

Rasa ini aku umbar dengan senyuman lebar, aku merenung pada saat malam datang, aku ciptakan sebuah alur yang lagi-lagi tak ku temukan kejelasan cerita kita. Apakah ada sebuah jalan yang  nantinya akan menghantarkan kita pada sampan kecil yang bisa kita gunakan untuk mengunjungi purnama. 

Pie…!!! Apakah tanganku yang mungil ini suatu saat nanti mampu menggenggam erat tanganmu dan tak akan melapaskannya atau punggungku yang tak kokoh ini mampu menopang kebahagiaanmu dalam kehidupan mendatang. Tak pernahku lontarkan pujian manis pada dirimu yang ayu atau pada kerudung hitammu yang menutup bagian terindah tubuhmu.

Aku tak tahu kenapa sekilas kau menatap tajam mataku, aku membuat dugaan-dugaan hingga membuat otakku yang berkarat ini bergerak untuk memikirkan sesuatu tentang dirimu karena semula aku tak pernah berfikir tentang kamu sayang. Apa lagi cinta, kau pikir aku tahu cinta, yang aku tahu hanyalah bayangan matamu yang tegambar jelas setiap pagi bersanding dengan embun pada setangkai bunga mawar yang kian menghitam pada sebuah pot bunga di pinggir parkiran.

Kau berlahan mulai menerbangkanku, kau rangkul aku dalam dekapan mesra yang membuatku terngiang-ngiang penuh dengan ketidakpercayaan jika kau akan melakukan hal ini padaku sayang, Pie kau telah membawaku melayang jauh dan jauh sekali hingga hanya terlihat deretan awan putih bersih yang menghampar pada langit Universitas Mulawarman ini.

Tetapi entah kenapa kau mulai melepaskan dekapanmu, kau maki aku, kau ciptakan sebuah kebencian yang mendalam paada dirimu seakan kau telah jadikan aku buruan terbesarmu setelah kau tahu jika aku mahasiswa fisipol unmul. Entah ada apa dengan latar belakang ini, apakah telah ada cerita lain yang kau rangkai dalam kehidupanmu sebelumnya sayang sehingga kau luapkan semua kemarahanmu padaku. Ku terima dengan ikhlas semua perlakuanmu, tak ada dendam yang tertinggal bahkan wajahku yang datar ini mulai bisa menumbuhkan senyuman yang berarti untukmu.

Mungkin ini alur yang berlahan mulai menemukan kejelasan hingga timbul sebuah gejolak dalam diriku bahwa cinta itu tak perlu pengorbanan sayang, dia tidak akan pergi dan tidak akan sembunyi. Jika setiap cinta memandang latar belakang untuk apa kau menuntut kemurnian rasa sayang dari seseorang yang konon katanya kau sangat mencintainya. 

Salahkah aku mengenalmu dengan sebutan Pie, kau agungkan aku dalam setiap syair lagumu yang indah meski tak seorang pun selain aku yang tahu akan syair-syairmu itu sayang. Ini bukanlah sebuah nasehat untukmu. Ini hanyalah cerminan kehidupan seorang insan yang tak jelas di mana kedudukannya saat ini hingga kebencian itu mulai tumbuh dan mengakar dalam dirimu Pie.

Aku bukanlah apa-apa dengan latar belakang cerita ini, aku hanya bayangan keraguan yang ada dalam setiap jejak langkah yang berlahan mulai kau tinggalkan, mungkin jejak langkah itu mulai tersapu rintikan hujan di bulan juni ini hingga tak segan kau menutup diri dariku yang jelas-jalas bukan orang yang tahu diri ini. Berkeringat dan gemetar tubuhku terbayang sikap dinginmu aku tutup mulutku, ku butakan mataku, ku tulikan telingaku namun rasa ini benar-benar membuatku terlupa siapa aku yang sesungguhnya.

Sejenak ku helah nafas panjang, melihat sikapmu yang seperti itu membuatku semakin berfikir, ku sandarkan kepalaku pada meja kelas, ku pejamkan mataku dan hanya suara kipas angin yang dapat aku dengar menemani hatiku. Lewati segala keterasingan aku kembali mengingat bahwa kita dahulu pernah saling merajut hari bersama. Berat sekali aku menengadahkan kepalaku ke atas hingga tanpa sadar aku terpejam dalam ruang kelas yang kosong sedari tadi.

Gubrak....cittttt…!!!! Aku pun seketika terbangun ketika mini bus ini menabrak jalan yang berlubang. Sial mini bus travel berlogo hewan liar berkantung ini kencang sekali hingga mengabaikan kenyamanan penumpangnya yang sedang nikmat tertidur. Ketika ku raba saku belakang ternyata dompetku hilang, dimanakah dompetku ?

Astaga mimpi apa aku tadi, sayang sekali sopir ini tak mengerti perasaan seorang pemuda sepertiku, aku rindu liburan semester, penat sekali dengan tugas-tugas kuliah, aku butuh liburan pak sopir, kembalikan mimpiku yang tadi. Siapa itu Pie ?

Benar-benar hidup ini perlu keiklasan biarlah semuanya lenyap baik dompet maupun mimpi indah lenyap tanpa bekas tapi aku tak apa, lain kali aku akan posting tentang mini bus travel ini ke grup facebook busam biar teman-teman tahu gimana asyiknya menumpangi travel ini.

Setelah nyawa terkumpul dari tidur seketika ku teringat ternyata aku baru sadar jika dompetku tertinggal di kamar kos, sejenak aku berfikir setelah turun dari travel ini lalu barang apa yang bisa aku gadaikan untuk dapat naik ojek hingga sampai ke rumah yang sudah satu semester ini tidak ku injak lantainya, aduh betapa rindunya masakan ibu. 

The End